Wednesday, November 7, 2012

Cerpen 2 'Someone Like You'


I heard That you're settled down
That you Found a girl

Seorang gadis tengah tertunduk di bangku taman, menatap selembar kertas berwarna merah muda nan cantik. Terpampang jelas dalam kertas itu ada sebuah nama yang begitu ia kenal. Nama yang tak mungkin bisa ia lupakan. Seorang yang memiliki nama indah yang kini masih mengisi setiap relung hatinya. Rasa cinta yang masih bersarang didalam hati, bahkan jauh dilubuk hatinya yang terdalam. Cinta itu masih sangat besar.

Namun sekarang, semuanya telah berbeda. Semuanya telah berakhir. Kertas berwarna pink itu menunjukkan bahwa cintanya tak akan bisa lagi memiliki. Orang yang dicintainya akan menikah dengan gadis lain. Bukan dirinya. Bukan dirinya yang akan menjadi istrinya, bukan dirinya yang akan menjadi
ibu dari anak – anaknya. Kenyataan yang begitu pahit dan tak pernah ia sangka.

Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, berusaha menahan cairan bening yang sudah tampak dipelupuk matanya. Kini ia mendongakkan kepalanya berharap cairan bening yang sudah memenuhi pelupuk matanya itu kembali kedalam matanya tanpa ada yang sedikitpun menetes. Namun tanpa bisa ia control lagi cairan bening itu sudah merembes keluar, mulai membasahi kedua pipinya.

“ seandainya perpisahan itu tak terjadi, seandainya aku bisa menekan egoku” gumamnya dalam isak tangis penuh penyesalan.

----
I heard That your dreams came true.
Guess she gave you things I didn't give to you

Gadis manis itu tampak menyeka air matanya. Kedua bola matanya tampak menangkap dua insan manusia tengah bersendau gurau di salah satu bagian taman dimana ia menyendiri. Hatinya semakin sakit. Rapuh. Hancur berkeping – keping menjadi serpihan – serpihan bak pasir dipadang gurun yang tak akan mungkin dapat bersatu kembali.

Namun disisi lain ia menyadari, ia bukan siapa – siapa lagi sekarang. Ia bukanlah gadis yang baik dan pantas untuk lelaki itu. Ia tidak pernah memberikan apapun, hanya ego yang ia unggulkan. Walaupun tersimpan cinta yang begitu besar dalam hatinya, namun egonya yang besar mampu menguasai dirinya dan egonya jugalah yang membuatnya menyesal sekarang.

Dengan penuh kerapuhan dan penyesalan gadis itu bangkit dari tempat dimana ia duduk. Ia berjalan meninggalkan taman itu, meninggalkan lelaki yang tengah ia cintai bersendau gurau dengan wanita yang sebentar lagi akan menikah dengannya. Sesekali ia berhenti dan memutar kepalanya melihat kedua insan itu. Ia mencoba tersenyum. Tersenyum melihat lelaki yang ia cintai sudah mendapat kebahagiannya.

----
Never mind I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged "I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love But sometimes it hurts instead."

Kedua manik mata berwarna coklat milik gadis itu menangkap seorang pria yang berdiri tegap diatas altar. Terlihat begitu tampan dan menawan. Terlihat dengan jelas guratan kegembiraan diwajahnya. senyum indah terus terpancar dari kedua sudut bibirnya.

Namun pemandangan itu tampak berbeda untuk salah satu tamu undangan yang duduk dibarisan belakang di gereja katedral tempat pemberkatan pernikahan itu. Wajahnya masih Nampak muram, meski ia terus berusaha untuk tersenyum. Gejolak hebat terjadi dalam dirinya. Disisi lain ia harus tersenyum dan turut bahagia Mario – lelaki yang ia cintai- menikah dengan gadis yang juga ia cintai dan menjadi pilihannya. Namun tak bisa dipungkiri jauh didalam lubuk hatinya ia masih amat mencintainya, meski perpisahannya dengan Mario sudah terjadi 2 tahun yang lalu. Dan hingga saat ini perasaan itu pun tak bisa terganti dengan pria lain.

Lamunan gadis bernama Sinta itu pun buyar ketika mars pernikahan berbunyi memenuhi seluruh sudut didalam gereja tersebut. Ia kemudian berdiri dan berbalik menatap seorang wanita cantik bak putri kerajaan masuk kedalam gereja. Berjalan perlahan dengan senyum indahnya. Sesaat ia berpaling melihat Sinta yang tengah berdiri diantara tamu undangan lainnya. Dengan berusaha sekuat tenaga Sinta tersenyum tulus kepada wanita cantik itu yang sebentar lagi akan menjadi suami  pria yang ia cintai –Marco-.

Caitlin –wanita cantik itu- semakin berbinar setelah mendapat senyum dari Sinta. Ia senang karena Sinta mengijinkan ia menikah dengan Marco. Pria yang telah mengisi seluruh relung hatinya selama setahun terakhir ini. Ia kemudian kembali berjalan menuju altar dimana pangerannya tengah menunggunya disana.

Sedangkan Sinta memalingkan wajahnya dari Caitlin yang telah melewatinya. Kedua matanya tertuju pada pria yang berdiri di altar pernikahan. Tanpa ia sangka pria itu menatapnya. Menatapnya begitu dalam, membuat Sinta tak bisa berpaling. Meski jarak keduanya cukup jauh namun tatapan itu membuat jantung selena berdegub kencang. Sesaat terbesit dipikirannya untuk mengacaukan pernikahan ini. Dan mengambil kembali Marco dari tangan Caitlin. Namun dengan segera ia menggelengkan kedua kepalanya kuat – kuat. Ia tidak akan berbuat seperti itu. Ia menarik nafas begitu dalam, dan mengeluarkan perlahan. Memejamkan matanya sejenak. Kemudian ia mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk. Kembali menatap Marco yang masih menatapnya diatas sana, Sinta kemudian menarik kedua ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman yang tulus. Melihat itu Marco kembali tersenyum, dan mengalihkan pandangannya kearah calon istrinya yang sudah berada didepannya. Dan segera mengucapkan janji suci mereka dihadapan pendeta dan Tuhan.

Sinta mengikuti upacara pemberkatan itu dengan hati campur aduk. Namun ia sadar, ia tak boleh lagi menyimpan perasaan berlebihan terhadap Marco. ia yakin ia akan menemukan pria yang sama dengan Marco. dan mungkin lebih baik. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya menyupport penuh apa yang dilakukan mantan kekasihnya. Demi kebahagian orang yang ia cintai.

Cerpen kedua saya yang tentu saja masih abal - abal :P
ini saya dedikasikan buat salah satu lagu favorite saya. lagu dari penyanyi besar Adele - Someone Like You

 ---
Nothing compares No worries or cares
Regrets and mistakes They are memories made.

Sinta menutup rapat lembaran cintanya dengan seorang lelaki bernama Marco. Semua kenangan manis dan pahit. Penyesalan dan kesalahan adalah sesuatu yang mereka buat dimasa lalu. Sinta tak bermaksud melupakan semua itu namun ia juga tak akan larut dalam sebuah masa lalu. Ia sadar masalalu itu untuk pembelajaran dan menjadi sebuah kenangan entah itu pahit ataupun manis.

Marco telah bahagia bersama Caitlin. Sinta hanya bisa berharap Marco tak akan melupakannya dan menjadikannya sebuah kenangan.

“I’ll remember you said Sometimes it lasts in love But sometimes it hurts instead.” Ungkap Sinta seraya tersenyum, menutup sebuah buku diarynya bersama Marco. ia menatap langit yang menguning dengan membawa sejuta impian baru dalam hidupnya.

THE END

No comments:

Post a Comment