I heard That you're
settled down
That you Found a girl
Seorang
gadis tengah tertunduk di bangku taman, menatap selembar kertas berwarna merah
muda nan cantik. Terpampang jelas dalam kertas itu ada sebuah nama yang begitu
ia kenal. Nama yang tak mungkin bisa ia lupakan. Seorang yang memiliki nama
indah yang kini masih mengisi setiap relung hatinya. Rasa cinta yang masih
bersarang didalam hati, bahkan jauh dilubuk hatinya yang terdalam. Cinta itu
masih sangat besar.
Namun
sekarang, semuanya telah berbeda. Semuanya telah berakhir. Kertas berwarna pink
itu menunjukkan bahwa cintanya tak akan bisa lagi memiliki. Orang yang
dicintainya akan menikah dengan gadis lain. Bukan dirinya. Bukan dirinya yang
akan menjadi istrinya, bukan dirinya yang akan menjadi
ibu dari anak – anaknya.
Kenyataan yang begitu pahit dan tak pernah ia sangka.
Gadis
itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, berusaha menahan cairan bening
yang sudah tampak dipelupuk matanya. Kini ia mendongakkan kepalanya berharap
cairan bening yang sudah memenuhi pelupuk matanya itu kembali kedalam matanya
tanpa ada yang sedikitpun menetes. Namun tanpa bisa ia control lagi cairan
bening itu sudah merembes keluar, mulai membasahi kedua pipinya.
“
seandainya perpisahan itu tak terjadi, seandainya aku bisa menekan egoku”
gumamnya dalam isak tangis penuh penyesalan.
----
I heard That your dreams
came true.
Guess she gave you things
I didn't give to you
Gadis
manis itu tampak menyeka air matanya. Kedua bola matanya tampak menangkap dua
insan manusia tengah bersendau gurau di salah satu bagian taman dimana ia menyendiri.
Hatinya semakin sakit. Rapuh. Hancur berkeping – keping menjadi serpihan –
serpihan bak pasir dipadang gurun yang tak akan mungkin dapat bersatu kembali.
Namun
disisi lain ia menyadari, ia bukan siapa – siapa lagi sekarang. Ia bukanlah
gadis yang baik dan pantas untuk lelaki itu. Ia tidak pernah memberikan apapun,
hanya ego yang ia unggulkan. Walaupun tersimpan cinta yang begitu besar dalam
hatinya, namun egonya yang besar mampu menguasai dirinya dan egonya jugalah
yang membuatnya menyesal sekarang.
Dengan
penuh kerapuhan dan penyesalan gadis itu bangkit dari tempat dimana ia duduk.
Ia berjalan meninggalkan taman itu, meninggalkan lelaki yang tengah ia cintai
bersendau gurau dengan wanita yang sebentar lagi akan menikah dengannya. Sesekali
ia berhenti dan memutar kepalanya melihat kedua insan itu. Ia mencoba tersenyum.
Tersenyum melihat lelaki yang ia cintai sudah mendapat kebahagiannya.
----
Never mind I'll find
someone like you
I wish nothing but the
best for you too
"Don't forget
me," I begged "I'll remember," you said
"Sometimes it lasts
in love But sometimes it hurts instead."
Kedua
manik mata berwarna coklat milik gadis itu menangkap seorang pria yang berdiri
tegap diatas altar. Terlihat begitu tampan dan menawan. Terlihat dengan jelas
guratan kegembiraan diwajahnya. senyum indah terus terpancar dari kedua sudut
bibirnya.
Namun
pemandangan itu tampak berbeda untuk salah satu tamu undangan yang duduk
dibarisan belakang di gereja katedral tempat pemberkatan pernikahan itu.
Wajahnya masih Nampak muram, meski ia terus berusaha untuk tersenyum. Gejolak
hebat terjadi dalam dirinya. Disisi lain ia harus tersenyum dan turut bahagia
Mario – lelaki yang ia cintai- menikah dengan gadis yang juga ia cintai dan
menjadi pilihannya. Namun tak bisa dipungkiri jauh didalam lubuk hatinya ia
masih amat mencintainya, meski perpisahannya dengan Mario sudah terjadi 2 tahun
yang lalu. Dan hingga saat ini perasaan itu pun tak bisa terganti dengan pria
lain.
Lamunan
gadis bernama Sinta itu pun buyar ketika mars pernikahan berbunyi memenuhi
seluruh sudut didalam gereja tersebut. Ia kemudian berdiri dan berbalik menatap
seorang wanita cantik bak putri kerajaan masuk kedalam gereja. Berjalan
perlahan dengan senyum indahnya. Sesaat ia berpaling melihat Sinta yang tengah
berdiri diantara tamu undangan lainnya. Dengan berusaha sekuat tenaga Sinta
tersenyum tulus kepada wanita cantik itu yang sebentar lagi akan menjadi suami pria yang ia cintai –Marco-.
Caitlin
–wanita cantik itu- semakin berbinar setelah mendapat senyum dari Sinta. Ia
senang karena Sinta mengijinkan ia menikah dengan Marco. Pria yang telah
mengisi seluruh relung hatinya selama setahun terakhir ini. Ia kemudian kembali
berjalan menuju altar dimana pangerannya tengah menunggunya disana.
Sedangkan
Sinta memalingkan wajahnya dari Caitlin yang telah melewatinya. Kedua matanya
tertuju pada pria yang berdiri di altar pernikahan. Tanpa ia sangka pria itu
menatapnya. Menatapnya begitu dalam, membuat Sinta tak bisa berpaling. Meski
jarak keduanya cukup jauh namun tatapan itu membuat jantung selena berdegub
kencang. Sesaat terbesit dipikirannya untuk mengacaukan pernikahan ini. Dan
mengambil kembali Marco dari tangan Caitlin. Namun dengan segera ia
menggelengkan kedua kepalanya kuat – kuat. Ia tidak akan berbuat seperti itu.
Ia menarik nafas begitu dalam, dan mengeluarkan perlahan. Memejamkan matanya
sejenak. Kemudian ia mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk. Kembali menatap
Marco yang masih menatapnya diatas sana, Sinta kemudian menarik kedua ujung
bibirnya membentuk sebuah senyuman yang tulus. Melihat itu Marco kembali
tersenyum, dan mengalihkan pandangannya kearah calon istrinya yang sudah berada
didepannya. Dan segera mengucapkan janji suci mereka dihadapan pendeta dan
Tuhan.
Sinta
mengikuti upacara pemberkatan itu dengan hati campur aduk. Namun ia sadar, ia
tak boleh lagi menyimpan perasaan berlebihan terhadap Marco. ia yakin ia akan
menemukan pria yang sama dengan Marco. dan mungkin lebih baik. Yang bisa ia
lakukan sekarang hanya menyupport penuh apa yang dilakukan mantan kekasihnya. Demi
kebahagian orang yang ia cintai.
Cerpen kedua saya yang tentu saja masih abal - abal :P
ini saya dedikasikan buat salah satu lagu favorite saya. lagu dari penyanyi besar Adele - Someone Like You
---
Nothing compares No
worries or cares
Regrets and mistakes They
are memories made.
Sinta
menutup rapat lembaran cintanya dengan seorang lelaki bernama Marco. Semua
kenangan manis dan pahit. Penyesalan dan kesalahan adalah sesuatu yang mereka
buat dimasa lalu. Sinta tak bermaksud melupakan semua itu namun ia juga tak
akan larut dalam sebuah masa lalu. Ia sadar masalalu itu untuk pembelajaran dan
menjadi sebuah kenangan entah itu pahit ataupun manis.
Marco
telah bahagia bersama Caitlin. Sinta hanya bisa berharap Marco tak akan
melupakannya dan menjadikannya sebuah kenangan.
“I’ll
remember you said Sometimes it lasts in
love But sometimes it hurts instead.” Ungkap Sinta seraya tersenyum,
menutup sebuah buku diarynya bersama Marco. ia menatap langit yang menguning
dengan membawa sejuta impian baru dalam hidupnya.
THE
END
No comments:
Post a Comment